“AKU mengerti setiap pekerjaan tidak mudah, itulah sebabnya aku harus menghargai usahamu. Apa pun yang kau tanya, akan kujawab.”
Begitu pernyataan Han Geng (26) kepada seorang wartawan yang meminta waktu untuk wawancara dengannya.
Si wartawan tercengang. Pandangannya soal Han Geng berubah secepat kedipan mata. Maklum, saat masih bergabung di boy band Korea Super Junior, pria asal Hei Long Jiang, China, ini seakan tak terjangkau.
“Nada bicaranya santai, tapi aku merasakan benar ketulusannya. Satu jam mengobrol dengannya membuka mataku dalam mengenal sosok baru Han Geng yang tulus, ramah, dan penuh rasa syukur. Benar-benar tipe pria ideal,” aku wartawan itu kagum.
Obrolan awal tentu soal keputusannya keluar dari SM Entertainment, manajemen yang memegang peran besar dalam karier cemerlangnya di industri hiburan.
“Aku tak peduli orang bilang aku tak tahu rasa berterima kasih, kacang lupa kulitnya, atau apalah. Yang pasti meski sekarang kondisinya berbeda, aku harus mengakui pengalaman di Korea memberiku banyak ilmu dan pembelajaran. Mereka bagian besar dalam prestasi yang telah dicapai. Memori itu sangat penting. Tapi bagaimana pun itu masa lalu dan aku tak mau larut di dalamnya. Lebih baik aku memikirkan masa depan dan fokus melakukan apa yang bisa dilakukan sekarang,” ujarnya mantap.
Han Geng sadar keputusannya membuat banyak pihak kecewa — terutama mereka para fans Super Junior yang menginginkan kelompok idola mereka selalu utuh. Tapi Han Geng menegaskan, tak perlu khawatir. Meski tak lagi berada di bawah naungan grup dan manajemen yang sama, hatinya takkan berubah untuk para sahabat.
“Perasaanku pada para personel Super Junior masih sama. Aku juga masih dan terus berusaha menjaga hubungan. Justru kondisi ini membuat kami tumbuh dewasa bersama. Dan kalau hukum mengizinkan, aku berharap bisa kembali ke Korea dan tampil di satu panggung. Mimpiku kami ber-13 bisa nyanyi, menari, dan bermain game bersama.”
Sudahlah, tak ada lagi gunanya mendebat keputusan Han Geng benar atau salah. Yang jelas, salah satu pembawa obor Olimpiade ini punya pertimbangan kuat, meski memilih tak lagi mengungkitnya.
“Aku rasa buat seseorang mengalami masa-masa sulit tak selamanya buruk. Kita bisa melihatnya dari sudut pandang berbeda. Melewati semua yang pernah kurasakan, itu pengalamanku sendiri yang tak ada sangkut pautnya dengan orang lain. Jadi, aku tak perlu menceritakan semua kesulitan yang pernah membuatku menderita. Semua masa lalu akan kusimpan sebagai pembelajaran,” ujarnya bijak.
Hmmm, tapi pada dasarnya Han Geng bukan tipe orang yang doyan mengumbar cerita sih. Ketika di usia 12 tahun ia harus tinggal di Beijing meninggalkan orangtuanya demi menimba ilmu, jangan sangka ia tak pernah bersedih hati.
“Jujur, aku banyak menghadapi berbagai cobaan. Tapi apakah itu baik atau buruk, biasanya aku tak bercerita kepada orangtua. Aku takut mereka khawatir. Aku hanya ingin mereka bahagia, jadi aku memilih tak membebani dengan apa pun. Kalaupun sedih, biasanya aku mencari temanku, meminta mereka bercerita apa saja yang sedang dijalani dan aku tak banyak omong. Pada dasarnya aku bukan orang yang pintar mengekspresikan diri. Kalau ada apa-apa, lebih baik kusimpan sendiri. Paling aku mendengarkan musik, main game, menonton TV, film, atau bersantai saja. Terkadang kalau sudah tak tahan, aku juga bisa menangis,” tutur pria yang menguasai 56 jenis tarian tradisional China ini.
0 comments:
Post a Comment